Label

Jumat, 25 Februari 2011

angkringan



angkringan bersal dari bahasa jawa "angkring" yang artinya duduk santai yaitu sebuah pedagang makanan yang menggunakan gerobag dorong yang menjual berbagai macam makanan dan minuman yang biasanya terdapat di setiap pinggir ruas jalan di jawa tengah di bawah lampu merkuri. Di Solo dikenal sebagai warung hik ( hidangan istimewa ala kampung ) dan di sragen selain hik juga dikenal dengan sego kucing atau bahasa gaulnya cat rich. Gerobag angkringan biasanya ditutupi dengan kain terpal plastik (layar) dan memuat sekitar 5 sampai 10 orang tergantung besar grobagnya. Namun sekarang karena saking banyaknya konsumen para pedagang menyediakan tikar (alas) untuk para konsumen yang tidak kebagian tempat.

Makanan - makanan yang dijual pun beraneka ragam, di antaranya meliputi nasi kucing ( nasi dengan lauk sambal dan ikan bandeng ), gorengan, sate usus dan brutu ayam, sate telor puyuh, krupuk dan lain-lain. Sedangkan minumannya seperti teh, jeruk, kopi, susu, wedang jahe, kopi mix. Semuanya dijual dengan harga yang terjangkau.

Meski harganya murah dan terlihat seperti warung makan kelas rendahan, namun kenyataannya konsumenya pun beranegka ragam, tidak masalah laki -laki atau perempuan. Mulai dari tukang becak, buruh bangunan, pegawai kantor, mahasiswa, bahkan hingga para pejabat. Antara pembeli dan penjual terlihat mengobrol dengan santainya dalam suasana penuh kekeluargaan.

Angkringan juga terkenal sebagai tempat yang egaliter karena bervariasinya pembeli yang datang tanpa membeda-bedakan strata sosial atau SARA. Mereka menikmati makanan sambil bebas ngobrol hingga larut malam, maskipun mereka tak saling kenal sebelumnya. Mereka berdiskusi tentang berbagai hal kadang juga berdiskusi tentang hal yang serius. Harganya yang murah dan terjangkau serta tempatnya yang santai membuat angkringan sangat populer di tengak kota sebagai tempat persinggahan untuk mengusir lapar atau sekedar melepas lelah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar